Diyon Saputra, wartawan tersebut, mengatakan, sejak hadir di Pengadilan Negeri Tanjungkarang pada pukul 14.00, ia sudah kaget melihat banyaknya petugas berpakaian preman. Dalam sidang perkara sebelumnya, suasana tidak seramai saat Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto dan isterinya Winarni menjadi saksi pada siang itu.
Rasa risih mulai dirasakan Diyon Saputra saat ingin mengambil wajah Nanang Ermanto dan Winarni dari balik pintu. Ada dua orang yang menghalang-halangi, menutup pintu, dan mereka bukan petugas Pengadilan atau Kejaksaan.
Karena dihalangi, Diyon masuk ke ruang sidang. Begitu mengambil gambar, dua orang berambut cepak mengapitnya, meminta tidak mengambil video. Karena wartawan LampungTV tersebut terus merekam, salah seorang mengajaknya keluar, dengan berujar, kalau lelaki, ayo kita keluar.
Wartawan yang ngepos di Pengadilan itu pun merasa terganggu. Ia keluar dari ruang sidang. Apalagi Ketua Majelis Hakim Agus Windana sempat bertanya kenapa ada suara ribut dari kursi pengunjung sidang.
Setelah tiba di luar, salah seorang berambut cepak dan berkemeja putih, kembali mendekati Diyon Saputra, meminta rekaman sidang dengan saksi Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto dan Winarni dihapus.
Permintaan penghapusan rekaman menjadi perhatian banyak wartawan lain. Apalagi suasana di luar sudah kian ramai. Hadir juga sejumlah pria berpakaian preman, yang membawa pistol. Meski akhirnya bubar setelah anggota dari Polresta Bandarlampung tiba di lokasi.
Karena dinilai menghalangi tugas jurnalistik, sejumlah wartawan akhirnya menemani wartawan LampungTV itu mengadukan pengancaman tersebut ke Polresta Bandarlampung. Diyon Saputra mengaku trauma atas peristiwa tersebut, karena sudah sering meliput di Pengadilan, baru kali ini diancam.
Usai sidang, Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto mengatakan ia belum mengetahui masalah pengancaman tersebut dan akan melihat prosesnya.
ARI IRAWAN DAN DANDI SUCIPTO
Posting Komentar