pTzHC95kDouQYrsREyhoYFkgZJIas4EQAFJtLwOS
Bookmark

Bawang Merah Pringsewu: Siap Air atau Ratusan Juta Hilang

PRINGSEWU (22/10/2023) -  Kemarau terus mencemaskan banyak petani di Lampung. Di Pekon Wonodadi, Gadingrejo, Pringsewu, kecemasan tidak hanya menimpa petani sawah, tetapi juga petani bawang merah, yang umumnya mempekerjakan tenaga dari Brebes atau Tegal, Jawa Tengah.

Bermodal 200 juta rupiah per hektare, termasuk sewa lahan, dan lebih mahal dari rata-rata modal petani bawang merah di Brebes, Jawa Tengah,  kemarau membuat petani di Gadingrejo, Pringsewu,  menyediakan pompa air sendiri atau siap tidak panen.

Yang merepotkan air tidak hanya cukup disediakan di kanal-kanal, namun harus disiram ke tanaman minimal sekali sehari.

Jono, petani penggarap dari Brebes, mengatakan, kekurangan air dapat mengakibatkan bawang merah diserbu ulat. Jika hama ini datang, yang diganggu tidak hanya batang, tetapi juga buah, dan modal 200 juta rupiah bisa ludes.

Arkadi, yang juga berasal dari Brebes, mengatakan, meski hanya pekerja, pemilik modal dan lahan warga Lampung, ia memprihatinkan nasib petani bawang merah di Gadingrejo, Pringsewu, yang tidak pernah ditoleh oleh dinas terkait.

Apalagi harga bawang merah saat ini hanya 14 ribu per kilogram, tidak lagi bisa muluk-muluk 27 ribu per kilogram atau minimal di atas 20 ribu perkilogram.

Satu-satunya yang membuat Jono, Arkadi, dan majikan mereka bertahan hanyalah karena bawang merah dijual di daerah sekitar, Pringsewu dan Pesawaran. Ongkos angkut lebih murah jika membawa dari Brebes, yang masih menjadi pemasok utama bawang merah untuk Lampung.

Mereka juga terus bertahan karena usia panen bawang merah sekitar 60 hari atau dua bulan. Lebih cepat dibandingkan tanaman lain, terutama padi.

PIYAN AGUNG
0

Posting Komentar

-->