Tiba pukul 09.00 pagi di Kampung Adijaya, Terbanggi Besar, Lampung Tengah, Anies Baswedan dibawa keliling peternakan, dengan memakai topi koboi, celana jeans, dan kemeja hitam. Anies juga sempat memberikan makanan dan menyusui sapi baru lahir 4 hari dan menamainya “adil” di peternakan milik Nanang Purus Subendo itu.
Didampingi sejumlah petinggi partai pendukung di Lampung, Anies, kemudian, mengadakan dialog, yang dihadiri oleh para peternak, mahasiswa yang sedang praktek lapangan, di antaranya dari Kalimantan Timur.
Niko, misalnya, petani asal Punggur, Lampung Tengah, mengeluhkan impor daging dari India dan Australia dalam lima tahun terakhir. Ia juga melaporkan harga penjualan ternak yang anjlok, tetapi harga pakan terus meninggi.
Tono, peternak lain, mengeluhkan permodalan dan sulitnya memperoleh kredit dari bank. Ia juga meminta plafon dinaikkan dari 50 hingga 500 juta rupiah.
Menjawab pertanyaan para peternak, Anies mengatakan satu-satunya cara memberantas mafia daging adalah menyertakan Komisi Pemberantasan Korupsi di dalamnya. Adapun soal permodalan, ia melihatnya perlu perubahan dalam sistemnya.
Khusus mengenai kurangnya ketertarikan generasi muda dalam beternak, Anies menyebut kaum muda perlu memperoleh informasi soal masih besarnya potensi di bidang ini, karena angka konsumsi daging per kapita masih jauh dari ideal angka dunia.
Anies juga menyinggung rencana RUU DKI Jakarta, yang mengarahkan gubernur akan dipilih oleh Presiden. Ia melihatnya sebagai kemunduran berdemokrasi, karena warga Jakarta sudah matang dalam hal tersebut.
MANSYUR
0 comments:
Posting Komentar