Pujianto, Tugiyo, Mugimen, warga sekitar, mengatakan, sebelum embung dibangun, air melimpah di kawasan tersebut, termasuk saat musim kemarau. Namun, saat ini, air menghilang. Kalaupun lancar, mereka harus menunggu musim hujan.
Ketiganya melihat embung yang dibangun dua tahun lalu dikerjakan asal jadi. Pekerja hanya membuat pembatas, tidak mengeruk tanah di areal sekitarnya, sehingga ada yang lebih tinggi dari dinding pembatas.
Saat dikerjakan dua tahun lalu, warga sekitar juga tidak mengetahui siapa yang membangun embung, berapa anggarannya, dan tanpa plang proyek.
Pujianto mengatakan, pada awalnya, mereka menduga embung dibangun di sana karena air selalu melimpah pada musim hujan.
Di kawasan itu juga terdapat 12 sumber mata air yang tidak pernah kering, yang pernah hendak dibeli seorang pengusaha untuk produksi air mineral.
Setelah embung dibangun, 12 sumber mata air tersebut kini terkubur. Petani kebingungan mencari air untuk lahan pertanian, dan siap-siap menunggu luberan air pada musim hujan, karena embung penuh tanah dan lumpur.
PIYAN AGUNG
0 comments:
Posting Komentar