Tinggal di rumah geribik berukuran tiga kali tiga meter, menjadi salah satu alasan pasangan suami isteri itu untuk bermimpi. Apalagi rumahnya itu bocor pada musim hujan dan sudah mulai mengeluarkan suara derik saat angin kencang.
Sekilas, karena masih berusia 28 dan 25 tahun, Andris dan Sri, seperti bukan keluarga miskin. Apalagi mereka memiliki usaha pengolahan gula dari kelapa aren.
Karena hanya mengolah, material tetap membeli dari orang lain, tidak punya usaha tambahan, tidak memiliki lahan pertanian, usaha pengolahan gula hanya menutupi hidup sehari-hari, termasuk membiaya anak sekolah dan menghidupi orang tua.
Rumah geribik yang mereka tempati saat ini pun berasal dari orang tua dan sebelumnya juga warisan dari kakek. Sulitnya mencari pekerjaan, membuat keluarga itu hanya bisa bertahan hidup.
Alkisah, karena banyak orang memperoleh bantuan, pasangan itu pun bermimpi memperoleh PKH atau bedah rumah, karena melihat warga yang lebih mampu dari mereka juga dapat.
Mimpi memperoleh PKH nyaris diperoleh beberapa tahun lalu. Petugas mendatangi rumah mereka, dan meminta membuka rekening. Saat berbunga-bunga mencairkannya ke bank, ternyata administrasinya salah.
Mimpi memperoleh PKH pun buyar. Demikian juga untuk mendapatkan program bedah rumah. Meski di daerah sekitar sudah banyak yang diberikan, geribik mereka belum pernah didata.
Kepala RT setempat, Sukrisno, mengakui keprihatinan kehidupan pasangan Andris dan Sri. Namun, ia pun tidak bisa berbuat banyak. Perlu kesabaran untuk meraih mimpi bagi orang miskin.
PIYAN AGUNG
0 comments:
Posting Komentar