Salah satu penarik pelancong ke kawasan ini karena lokasi wisatanya masih perawan, perairan dan udara masih bersih, dan warga bisa berbelanja keperluan, seperti ikan dan sayur, hingga tinggal memasak di pinggir pantai.
Jalan yang sudah mulai mulus dari Kotaagung, juga menumbuhkembangkan lokasi wisata di kawasan ini. Meskipun warga di Ibukota Tanggamus juga memiliki kawasan wisata, banyak dari warga di sana memilih bepergian untuk acara liburan.
Berjarak sekitar 40 kilometer dari Kotaagung, lokasi wisata yang dilewati terdiri dari Pantai Batu, Pantai Pahabung, Pantai Losari Indah, Pantai Sukabanjar, Pantai Beringin Saka, Pantai Karang Bolong, Pantai Kuala, Pantai Badak Limau, Pantai Indah Ruguk, Pantai Karang Putih, Pantai Karang Bebai, dan Pantai Umbar.
Kedua pantai terakhir terletak di Pekon Way Rilau, Kecamatan Cukuh Balak, yang jika jalannya diteruskan berjarak sekitar 90 kilometer ke Bandarlampung, melewati Pantai Kiluan atau 60 kilometer ke Pesawaran melewati Pasar Jatiringin, Kubulangka, dan Tanjungraja.
Berpenduduk sekitar 1.200 jiwa, warga Pekon Way Rilau tersebar di tiga dusun: Sukamaju, Pekon Tengah, dan Pahmungan. Jika dibandingkan dengan daerah lainnya, kawasan ini kelihatan asri. Warga umumnya memelihara lingkungan, dan rajin menanami bunga di depan rumah.
Dana Desa juga menyulap jalan lingkungan di Pekon Way Rilau, yang umumnya sudah rabat beton dan aspal, mulai dari jalan penghubung provinsi, jalan permukiman, dan jalan tani.
Meski demikian, penggundulan di perbukitan dalam belasan tahun terakhir, tidak lagi membuat air selancar dulu. Para petani umumnya kembali menggantungkan harapan pada musim hujan untuk memulai bercocok tanam.
Sama dengan daerah lainnya di Cukuh Balak, Tanggamus, pupuk di kawasan ini relatif mahal pada saat musim tanam.
Bahaudin, seorang petani, mengatakan harga pupuk pada awal Januari 2024 mencapai 3.400 per kilogram, naik hampir 50 persen dari biasanya 2.600 rupiah per kilogram.
Turun temurun dari nenek moyang, warga Pekon Way Rilau juga tidak mengandalkan sawah sebagai penghasilan. Mereka juga terus berkebun. Kawasan ini dikenal sebagai penghasil durian dan duku. Penduduk setempat juga mulai rajin menanam pala, kayu sengon, dan pisang.
Lewat Dana Desa, Pekon Way Rilau juga mulai membangun sumur bor dan MCK agar warga bisa menyalurkan air bersih ke rumah masing-masing. Pekerjaan pembangunannya dilalukan lewat anggaran Tahun 2024.
Banjir bandang sempat melanda kawasan ini pada 14 Oktober 2022 yang lalu. Luapan sungai, setidaknya merendam 39 rumah di Pekon Way Rilau. Pemerintah pun memperhatikannya dengan membuat talud pada Tahun 2023, namun sayang, pekerjaan belum selesai, pemborongnya kabur.
Khawatir bobol lagi pada musim penghujan di awal Tahun 2024 ini, warga dan Pemerintah Pekon, akhirnya memutuskan bergotong royong, untuk menimbun talud.
Kepala Pekon Muslihan menyebut kesepakatan gotong royong dilakukan atas dasar musyawarah warga di Masjid beberapa waktu yang lalu, dan baru mulai direalisasikan pada awal Januari 2024.
Pekon Wayrilau tidak hanya memprihatinkan dalam soal talud bantaran sungai, tetapi juga dalam hal bangunan pendidikan di sana. Plafon SD setempat umumnya sudah rusak dan sudah lama tidak menjadi perhatian dinas terkait.
Selain Sekolah Dasar, bangunan SPLP Cukuh Balak juga memprihatinkan. Selintas dari jauh gedung tersebut sudah tidak dioperasionalkan. Gedungnya sudah lusuh, plafon rata-rata hancur, ruangan tidak nyaman dipakai.
YUNADA YAMIN
Posting Komentar