pTzHC95kDouQYrsREyhoYFkgZJIas4EQAFJtLwOS
Bookmark

DPR RI Minta Pemerintah Juga Membantu Petani Karet

KOTABUMI (12/6/2024) -  Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah Pusat mencarikan solusi atas anjloknya harga karet di Lampung Utara, yang membuat lahan perkebunan seluas 35 ribu hektare di kawasan, mulai dialihfungsikan, setidaknya 1,5 ribu hektare.

Para wakil rakyat menyatakan hal itu dalam bimbingan teknis manajemen pengelolaan perkebunan karet, untuk meningkatkan kesejahteraan petani, yang diadakan Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian bersama Komisi IV DPR RI, di Aula Hotel Kotabumi, Rabu 12 Juni 2024.

Alimin Abdullah, anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Partai Amanat Nasional, PAN, mendesak Pemerintah Pusat untuk mecarikan solusi, soal aspirasi yang disampaikan masyarakat.  Ia meminta harga karet dapat stabil dan mendapat perhatian khusus.

Mereka menyebut jangan hanya tanaman kelapa sawit yang mendapatkan program peremajaan atau bantuan 60 juta rupiah perhektare. Pemerintah harus memperhatikan pohon karet, sebab sudah banyak petani beralih fungsi gegara harga pernah anjlok hingga 4 Ribu sampai 10 ribu rupiah perkilo dalam beberapa tahun ini.

Kepala Dinas Perkebunan dan Perternakan Lampung Utara M. Rezki mengeluhkan nasib para petani karet yang masi menggantungkan hidupnya dari hasil tanaman tersebut. Untuk itu Pemda berupaya meminta Kementrian Pertanian dapat menstabilkan harga karet.

Lampung Utara sendiri dulunya terkenal dengan penghasil karet, kopi, dan lada. Namun karena harganya anjlok banyak lahan ditebang dan alihfungsikan menjadi lahan singkong dan jagung.

Koordinator Kelompok Tanaman Karet dan Tanaman Tahunan Ditjen Perkebunan Kementrian Pertanian Arifin Pengaribu mengatakan mencoba memberikan solusi kepada petani, dengan tumpang sari jagung atau tanaman lain di lahan tanaman karet. 

Upaya itu dilakukan untuk petani karet dapat bertahan di saat harga karet anjlok, sehingga masih mendapatkan hasil panen dari komoditas lain. 

Ia menyebut Pemerintah belum dapat mengatur harga standar karet di Indonesia,  karena masih mengacu dengan nilai dolar dunia. Karet merupakan komoditas ekspor,  sehingga harganya sangat dipengaruhi permintaan luar negeri.


ADI SUSANTO
0

Posting Komentar

-->