Karena dibiarkan selama belasan tahun, warga, sebenarnya tidak pernah diam. Mereka sudah sering mengusulkan perbaikan ke aparat atau petinggi Pemkab. Penduduk juga swadaya menutpi lubang pada musim kemarau, tetapi kembali berantaan di musim hujan.
Roni, seorang pengendara mobil, menyebut jalan yang rusak parah mencapai 1,5 kilometer. Tidak ada pilihan, kecuali memperlambat kendaraan pada musim kemarau, dan kendaraan siap berlumpur di musim hujan.
Sejumlah warga sering menghindari jalan ini untuk menuju Pringsewu, dengan melewati desa lain, seperti lewat Panggung Rejo Utara, jarak tempuhnya lebih lama.
Suyatmi, seorang pedagang gorengan di Perempatan Grujugan, mengatakan, selama belasan tahun warga umumnya pasrah, meski jalan rusak berdampak terhadap mahalnya kost pengangkutan hasil pertanian.
Wanita itu yakin ekonomi warga sekitar lebih lancar jika jalan tidak rusak.Ia juga menyebut dagangannya akan lebih ramai, karena warga tidak enggan berhenti akibat jalan rusak.
PIYAN AGUNG
Posting Komentar