Untuk menukar uang 20 ribuan, dengan jumlah 2 juta rupiah, warga Bandarlampung harus mengeluarkan uang 400 ribu hingga setengah juta rupiah. Persentase yang sama berlaku untuk mata nilai dua ribu, lima ribu, dan sepuluh ribu rupiah.
Sepekan sebelumnya, biaya yang ditetapkan untuk menukar uang baru masih sekitar 10 hingga 15 persen. Untuk penukaran uang 10 ribuan, warga harus membayar 100 hingga 150 ribu rupiah.
Penukaran baru berlangsung di sejumlah titik, seperti layaknya penjualan pisang goreng.
Warga terpaksa menukarkannya di pasar bebas, karena sejak awal ramadhan, menukarkan uang baru di lembaga perbankan susah.
Lewat sejumlah media, Bank Indonesia, kemudian menyebut meluncurkan sejumlah program penukaran uang, tetapi sering eror.
Hanya sejumlah warga yang berhasil menukarkan di mobil-mobil Bank Indonesia, yang memaksa warga antre di teriknya matahari bulan Ramadhan.
Andi, Warga Kemiling, Bandarlampung, menyebut lengkap sudah upaya memeras rakyat di zaman now. Warga harus mengeluarkan uang setengah juta untuk uang dua juta rupiah.
Arif, warga Kotabumi, menyebut sengaja datang ke Bandarlampung untuk mencari uang baru, dan tidak berhasil. Ia menolak membeli di pasar bebas karena takut uangnya palsu, hingga memalukan diri sendiri, karena korbannya pasti keluarga juga.
Beni, warga Teluk Betung Selatan, Bandarlampung, mengatakan ia hunting uang baru sejak awal Ramadhan ke sejumlah bank, dan tidak berhasil.
Yang mengherankannya, Bank Indonesia Cabang Lampung, yang selama ini menjadi tempat penukaran uang, dijaga ketat, seperti bukan gedung yang bukan dibangun dari pajak rakyat lagi.
Wempi dan Yayuk, warga Pasar Krui, Pesisir Barat, menyebut, seingat mereka baru tahun ini warga kesulitan menukarkan uang baru di bank-bank dan Bank Indonesia, tetapi persediaan tidak terbatas di pasar bebas.
Bank Indonesia Cabang Lampung pun tampaknya berusaha mengelak jika para wartawan mempesoalkan penukaran uang baru yang mencekik warga.
Dalam pesan pendeknya, Humas BI Lampung, Gia Amadea, menganggap para wartawan yang mempertanyakan susahnya uang baru bernote negative.
Ia juga meminta mereka membuat surat resmi dan list pertanyaan kepada Alex, Deputi Perwakilan Bank Indonesia Lampung Namun, setelah ditunggu dari tiga hari, tidak ada kabar.
YUAN ANDESTA DAN ARI IRAWAN
0 comments:
Posting Komentar